x

Bupati Kuningan Jadikan Pejuang Hasan Maulani sebagai Nama Jalan Sepanjang 13 KM di Lingkar Timur

waktu baca 3 menit
Kamis, 1 Mei 2025 11:15 618 Deni Wijaya

HaluanIndonesia.id – Sosok pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan patutlah diapresiasi. Pengorbanan bukan sekedar materi, tenaga dan pikiran saja, bahkan nyawapun dipertaruhkan. Pun demikian dengan sosok Pejuang dari Kab. Kuningan Eyang Kyai Hasan Maulani yang namanya akan diabadikan menjadi nama salahsatu ruas jalan.

Sebelumnya, janji Bupati Kuningan Dian Rachmat Yanuar menjadikan Pejuang Kuningan Eyang Kyai Hasan Maulani sebagai nama jalan, diwujudkan, pada Jalan Lingkar Timur Kuningan sepanjang 13 kilometer. Jalan tersebut, membentang dari Tugu Ikan Desa Sampora, Kecamatan Cilimus, hingga Tugu Sajati Desa Ancaran, Kecamatan Kuningan.

Nama Jalan Eyang Kyai Hasan Maulani diresmikan langsung Bupati Kuningan, Rabu (30/4/2025). Penamaan jalan diumumkan dalam Penyelenggaraan Nama Rupabumi Unsur Buatan di Tugu Ikan, Desa Sampora, yang juga menetapkan penamaan untuk 226 titik rupabumi lain di wilayah Kabupaten Kuningan.

Ini sesuai Keputusan Bupati Kuningan Nomor 600.17/KPTS.440-PUTR/2025 tentang Penetapan Status Ruas Jalan Kabupaten Kuningan.

Baca Juga: Tingkatkan Daya Saing Melalui Olimpiade Matematika, Strategi Baru untuk Guru dan Siswa SMA

“Penamaan ini bukan sekadar memperjelas identitas wilayah, tetapi untuk menyambung mata rantai dan memberi penghormatan atas jasa besar seorang tokoh perjuangan bangsa,” tandas Bupati Dian, disela pidato

Bupati Dian menyatakan, keterbatasan harus meningkatkan terobosan untuk masyarakat Kuningan. Selama punya tekad kuat, seperti halnya bahwa jalan ini akan diteruskan dari Ancaran ke Kadugede.

Ia menjelaskan, Eyang Kyai Hasan Maulani dikenal sebagai sosok pahlawan yang gigih melawan penjajahan Belanda melalui syiar agama. “Beliau bahkan pernah ditangkap dan diasingkan ke Manado karena pengaruhnya yang luas dan dukungan masyarakat yang luar biasa,” sebutnya

Pemkab Kuningan berharap, nama tokoh tersebut yang kini tersemat di jalan strategis bisa menjadi inspirasi untuk terus menjaga nilai-nilai patriotisme dan senantiasa dekat dengan agama.

“KH Eyang Hasan Maulani berjihad melawan penjajah, Namum kita akan berjihad melawan kemiskinan dan kebodohan. Untuk itu, semoga setiap orang melewati akan meneladinya. Sejarah bukanlah buku yang sudah usang, melainkan suluh yang akan menerangi masa depan,” ujarnya.

Baca Juga: Mutiara Pagi: Penabur dan Pemetik (Bagian 1826)

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kuningan, Toni Kusumanto, menjelaskan bahwa sebelumnya nama Eyang Kyai Hasan Maulani pernah dicantumkan pada ruas jalan kecil antara Desa Ancaran dan Karangtawang.

H Yusron Kholid, mantan Kepala Kemenag Kuningan yang juga Cicit Eyang Kyai Hasan Maulani, menyampaikan apresiasi kepada Bupati Kuningan atas penetapan nama tersebut. “Sejatinya Eyang Kyai Hasan Maolani bukan hanya milik dzuriyyah atau keturunannya, tetapi aset historis masyarakat Kuningan, Tatar Sunda, dan bangsa Indonesia,” katanya.

Yusron menyebut, Eyang Kiai Hasan Maulani lahir di Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, pada Senin Legi, 22 Mei 1782 Masehi atau 8 Jumadil Akhir 1196 Hijriyah. Ia merupakan putra dari Kyai Tubagus Lukman bin Kyai Sathor dari Kelurahan Citangtu dan Ny. Murtasim binti Kyai Arifah asal Desa Garawangi. Keduanya menetap di Desa Lengkong dan mendirikan pesantren Roudlotuttholibin.

Dikisahkan dalam buku Mengenang Sang Kyai Sedjati Eyang Maulani karya Abu Abdullah Hadziq, Eyang Maulani atau Eyang Hasan Maulani, Eyang Manado adalah ulama besar asal Lengkong yang dibuang Belanda ke Manado (tepatnya kampung jawa Tondano Sulawesi Utara) pasca-Perang Diponegoro pada pertengahan abad ke-19.

Ia dikenal sebagai tokoh yang disegani dan memiliki pengaruh besar. Ia telah menunjukan konsistensinya sebagai anak bangsa yang anti penjajah dan pantang berkhianat kepada rakyatnya.

Selain sebagai ulama, Eyang Maulani memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi. Dikisahkan, beliau tidak pernah makan kenyang selama hidupnya dan sering bertafakur. Ia juga menjalani tirakat dengan mengurangi makan, minum, dan tidur demi mengamalkan pepatah Sunda, Lamun hayang boga perah kudu daek peurih.

Hadir Unsur Forkopimda, Kamenag, Pj Sekda, Kepala OPD, Camat, Kepala Desa, Ketua MUI, Paguyuban Keluarga Besar KH Hasan Maolani Lengkong-Kuningan. ***

Sumber : inilahkuningan.com

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA
x
Enable Notifications OK No thanks